Senin, 21 Februari 2011

SEJARAH ADZAN

Azan (ejaan KBBI) atau adzan merupakan panggilan bagi umat islam utuk memberitahu masuknya salat fardlu. Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap salat 5 waktu. Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat dan mengajak orang ramai agar berkumpul kemasjid untuk melakukan salah berjamaah. Didalam musyawarh itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu salat telah masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup terompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi agar orang-orang dapat dengan mudah melihat ke tempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya dapat dilihat orang walaupun ia berada di tempat yang jauh. Yang melihat api dinyalakan datang menghadiri salat berjamaah. Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi, tetapi beliau menukar usulan itu dengan assalatu jami'ah (marilah salat berjamah). Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil Kaum Muslim untuk salat pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini agaknya dapat diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad SAW juga menyetujuinya.
            Lafal Adzan tersebut diperoleh dari hadits tentang asal muasal adzan, Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata sebagai berikut: "Ketika cara memanggil kaum muslimim untuk salat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja. Orang tersebut malah bertanya, "untuk apa?" aku menjawab, "bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat." Orang itu berkata lagi, "maukah kau kuajari cara memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat." Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang:
"Allahu Akbar Allahu Akbar"
"Asyhadu alla ilaha illallah (2x)"
"Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah (2x)"
"Hayya 'alash sholah (2x)"
"Hayya 'alal falah (2x)
"Allahu Akbar Allahu Akbar"
"La ilaha illallah"
            Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad SAW, dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad SAW berkata, "itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah di samping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal. Rupanya mimpi serupa dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad, SAW.
Subhanallah…
Sumber: wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas

Kamis, 10 Februari 2011

Mencintai dengan Fithrah dan Bashirah


"Mencintai dengan timbangan fithrah dan bashirah. Mencintai dengan kesucian dan mata hati. Fithrah dan Bashirah yang menjadi timbangannya. Yaitu, jika kau mencintai wanita bukan karena tertipu oleh kecantikan paras wajahnya dan keelokan bentuk tubuhnya. Bukan karena tersihir oleh matanya yang berkilta-kilat dan indah seperti bintang kejora. Bukan pula terpikat karena bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah. Juga bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan. Bukan karena hartanya yang melimpah ruah. Bukan karena kehormatannya, yang kau akan jadi ikut terhormat karena menikahinya. Jika bukan karena itu semua kau mencintainya. Tapi kau mencintainya dengan memakai timbangan fitrahmu, dan mata batinmu. Kau mencintai dia karena merasakan kesucian jiwanya dan agamanya, dan mata batinmu condong karena kecantikan akhlak dan wataknya. Hatimu terpikat karena harumnya kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya. Saat itu kau telah mencintai lawan jenis dengan benar"
Kutipan Novel "Mahkota Cinta" (Dalam Mihrab Cinta) Karya Habiburrahman El Shirazy

Minggu, 06 Februari 2011

Diawali dengan doa

Disetiap sendi kehidupan ini ada yang mengatur, di sekolah ada peraturan dan kepala sekolah yang mimpi, di rumah ada orang tua yang mengatur dan di setiap tempat ada peraturan juga. Dan semua hal yang di atur di muka bumi ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
 untuk menjalani semua yang telah di atur oleh Allah mulailah dengan doa minimal "Bismillahirrahmanirrahim"