Minggu, 11 Maret 2012

Aku hanyalah Akhwat biasa

Jika anugrah itu membahagiakan 

Maka cinta yang [katanya] merupakan anugrah dariNYA 

Seharusnya juga membahagiakan 



Namun adakalanya 

Ada yang merasa tak bahagia dengan cinta 

Atau janganlah terlalu dini menyebutnya cinta 

Mari kita sebut saja sebuah rasa 

Rasa yang berbeda 

Yang [lagi-lagi katanya] menggetarkan jiwa 



Aha 

Mungkin memang belum saatnya 

Rasa itu ada 

Hingga diri merasa nista dengan rasa 

Atau jangan-jangan rasa yang ada 

Didominasi oleh nafsu sebagai manusia 



Jika itu permasalahannya 

Maka titipkanlah rasa pada SANG PENGUASA 

Biarkan ia yang belum saatnya, bersamaNYA 

Biarkan waktu yang kan menjawabnya 

Hingga Dia mengembalikan rasa itu jika saatnya tiba 



Wanita... Wanita... 

Slalu saja 

Bermain dengan rasa 

Maka mendekatlah padaNYA 

Agar rasa yang belum saatnya 

Tetap terjaga 

Agar rasa yang ada 

Tak membuat hati kecewa 

Agar rasa yang dirasa 

Tak membuat jauh dariNYA 


Biarkanlah diri merasa nista dengan rasa 

Jika ternyata nafsu tlah menunggangi ia yang belum saatnya 

Hingga akhirnya membuat diri menangis pilu karenanya 

Menangis karena menyadari bahwa dirinya masih rapuh ternyata 

Masih perlu belajar bagaimana mengelola rasa yang belum saatnya 


Ya Rabbana 

Hamba titipkan rasa yang belum saatnya 

Agar ia tetap suci terjaga 

Hingga waktunya tiba 

Ah... Aku bukanlah akhwat tangguh yang bisa memperjuangkan rasa yang terlanjur ada. Aku hanya akhwat biasa yang tak sanggup akan rasa yang belum saatnya, karena aku bukanlah Khadijah yang mulia.